
Narasumber Webinar Internasional (dari kiri atas): DR. K.H. Aswin R. Yusuf, Prof. Dr. H. Muhammad Attamimy, M.Ag., Prof. Dr. Muhammad Saiful Akhyar Lubis, M.A., dan Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah.
Ketika kehidupan modern kian terperangkap dalam ritme yang serba instan dan materialistik, manusia kerap kehilangan arah spiritual yang menenteramkan. Di tengah krisis makna ini, ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. hadir laksana oase yang menguatkan kembali spiritualitas, menawarkan keteduhan, arah, dan makna hidup yang hakiki.
Mengangkat semangat ini, Dewan Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Islamiyah (DPP JmI) menggelar Webinar Internasional Agama Islam, Minggu (3/8/2025), secara daring melalui Zoom, dengan tema “Understanding the Five Pillars of Islam and the Purpose of the Birth of the Prophet Muhammad” (Makna Islam Membina atas Lima dengan Tujuan Dilahirkan Muhammad Saw). Webinar ini mengajak umat kembali merenungi lima rukun Islam yang menjadi kompas moral dan spiritual yang tak lekang oleh waktu.
Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. H. Muhammad Attamimy, M.Ag. (Guru Besar IAIN Ambon), Prof. Dr. Muhammad Saiful Akhyar Lubis, M.A. (Rektor Universitas Al Washliyah Medan), Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah (Rektor UIN Yogyakarta 2002–2010), dan DR. K.H. Aswin R. Yusuf (Pembina JmI). Sejumlah cendekiawan dan pemikir Islam dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga terkemuka juga hadir sebagai panelis.
Para narasumber mengupas relevansi rukun Islam dengan misi kerasulan Muhammad Saw. Mereka menyoroti bahwa kelima pilar Islam, yaitu syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji bukan hanya rangkaian ibadah formal, melainkan juga sarana pembinaan akhlak, penjernih jiwa, serta pengikat harmoni sosial dalam kehidupan umat.
Prof. Attamimy mengawali pembahasan dengan menekankan bahwa Nabi Muhammad Saw. membawa misi kasih sayang dan ketegasan dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana tergambar dalam Q.S. At-Taubah ayat 128 dan Q.S. Al-Fath ayat 29. Ia menjelaskan bahwa lima pilar Islam harus dipahami dalam kerangka keteladanan Rasulullah, yang tidak hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. Kunci keberhasilan Rasulullah dalam membina umat, menurutnya, terletak pada keikhlasan dan keluhuran budi pekerti yang menjadi inti ajaran Islam.
Senada dengan itu, Prof. Saiful Akhyar mengingatkan bahwa rukun Islam adalah jalan menuju takwa dan takwa adalah cahaya yang membimbing manusia keluar dari kegelapan spiritual. Ia menekankan bahwa kelima pilar tersebut tak dapat dipisahkan dari iman, Islam, tauhid, dan makrifat yang menyatu dalam laku keberagamaan sejati. Salat, zakat, puasa, dan haji bukan sekadar kewajiban, melainkan sarana transformasi batin menuju pribadi yang beradab dan berserah sepenuhnya kepada Allah.
Diskusi makin mendalam ketika Prof. Amin Abdullah memaparkan bahwa misi kerasulan Muhammad Saw. bukan hanya membangun individu yang saleh, tetapi juga masyarakat yang bermartabat. Pilar-pilar Islam menjadi struktur nilai yang menopang bangunan sosial umat, dan setiap ibadah dalam rukun tersebut memiliki dimensi kemasyarakatan yang kuat. Nabi Muhammad hadir untuk mengajarkan cara menjalani kehidupan secara utuh, meliputi spiritual, sosial, dan intelektual dengan prinsip tauhid sebagai fondasinya.
Sementara itu, Pembina JmI, DR. K.H. Aswin R. Yusuf menutup sesi dengan menggugah para peserta akan pentingnya kesadaran ruhani dalam setiap aspek kehidupan. Ia mengajak umat untuk tidak hanya memahami Islam secara lahiriah, tetapi juga menyelami hakikatnya secara ruhaniah. Menurutnya, sifat-sifat kenabian, yaitu sidik, amanah, tablig, dan fatanah adalah refleksi sifat ruh yang menyempurnakan kehidupan manusia. Tanpa adanya ruhani, kehidupan manusia tidak akan sempurna.
Webinar ini tidak hanya menjadi ruang akademik untuk pertukaran gagasan, tetapi juga momentum spiritual yang mempertemukan pemikiran dan kesadaran umat terhadap nilai-nilai dasar Islam. Antusiasme peserta yang mencapai lebih dari dua ribu orang dari dalam dan luar negeri menunjukkan bahwa pembahasan tentang lima pilar Islam dan misi kerasulan Muhammad Saw. tetap relevan dan dirindukan. Di tengah zaman yang makin cepat berubah, Islam melalui pilar-pilarnya menunjukkan arah keselamatan, kedamaian, dan tujuan hidup yang hakiki.